ARTICLE AD BOX
Dalam acara bertajuk ‘Perspektif Memberi Cinta pada Diri Sendiri (Self Love): Menghargai Diri di Tengah Paradigma Sosial’ ini, Ariyani menekankan pentingnya self love sebagai fondasi utama bagi perempuan untuk mengembangkan diri dan berkontribusi di ranah politik.
Ariyani memaparkan bahwa self love tidak sekadar tentang mencintai diri sendiri, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap kapasitas dan potensi yang dimiliki perempuan.
“Ketika perempuan menyadari nilai dirinya, mereka akan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan, termasuk dalam dunia politik yang selama ini masih didominasi oleh laki-laki,” ujarnya.
Menurutnya, self love memiliki dampak besar terhadap kesejahteraan emosional dan mental. Perempuan yang mencintai dirinya sendiri akan lebih mampu menghadapi tekanan sosial, stereotip, serta berbagai tantangan dalam kehidupan, termasuk dalam dunia politik.
“Self love mengajarkan kita untuk menghargai suara sendiri, berani berbicara di ruang pengambilan keputusan, serta tidak takut melawan ketidakadilan. Ini adalah bentuk perlindungan diri sekaligus pemberdayaan,” jelas wanita kelahiran Buleleng ini.
Lebih lanjut, Ariyani kemudian menyoroti pentingnya keterlibatan perempuan dalam politik sebagai upaya untuk menciptakan kebijakan yang lebih inklusif dan adil. Ia menegaskan bahwa tanpa keterlibatan perempuan, banyak kebijakan tidak akan mampu mewakili kepentingan kaum perempuan secara optimal.
“Kita perlu mengubah paradigma sosial yang menganggap politik sebagai domain eksklusif laki-laki. Perempuan harus berani mengambil peran dalam menentukan arah kebijakan, karena keputusan politik berdampak langsung pada kehidupan kita semua,” serunya.
Ketua Bawaslu Bali periode 2018-2023 ini tidak menampik bahwa perempuan yang terjun ke dunia politik tidak terlepas dari berbagai tantangan, seperti stereotip gender, tekanan sosial, hingga serangan personal. Ia menekankan bahwa menghadapi tantangan ini membutuhkan mental yang kuat serta dukungan dari komunitas yang sehat.
“Sering kali perempuan dianggap kurang kompeten dalam politik. Ini adalah tantangan yang harus kita lawan dengan menunjukkan kapabilitas kita. Selain itu, jangan biarkan tekanan sosial dan kritik pribadi menghalangi langkah kita untuk berkontribusi,” tegasnya.
Srikandi Buleleng ini lantas membagikan strategi konkret yang bisa diambil perempuan untuk berpartisipasi dalam politik. Ia menyebutkan bahwa menjadi pemilih cerdas adalah salah satu bentuk langkah awal. Selain itu, bergabung dengan organisasi sosial-politik dan mencalonkan diri dalam pemilihan umum juga menjadi bentuk aksi nyata untuk memperjuangkan hak perempuan.
“Kita bisa mulai dari hal sederhana, seperti berdiskusi dalam forum publik, menyuarakan aspirasi melalui media sosial, atau bahkan mendidik sesama perempuan agar lebih melek politik,” ungkapnya.
Di akhir sesi, Ketut Ariyani mengajak seluruh peserta untuk tidak takut terlibat dalam politik dan terus memperjuangkan hak-hak perempuan. Ia menegaskan bahwa perempuan yang berani berbicara dan bertindak adalah perempuan yang mencintai dirinya sendiri dan siap membawa perubahan.
“Perempuan yang mencintai dirinya adalah perempuan yang berani bersuara dan bertindak untuk kebaikan bersama. Jangan takut untuk terlibat, karena perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil,” pungkasnya.
Talk show ini sukses memicu diskusi interaktif, dengan banyak peserta menyampaikan pertanyaan dan pandangan tentang tantangan perempuan di politik. Melalui kegiatan semacam ini, Kohati HMI Singaraja berharap semakin banyak perempuan sadar akan peran strategisnya dalam membangun demokrasi yang lebih inklusif. 7 adi