Ogoh-Ogoh ‘Ajum’ STDP Pedungan Siap Berlaga di Tarung Bebas Kota Denpasar

21 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Ketua Sie Kesenian sekaligus panitia ogoh-ogoh STDP, Try Wira Dimas Adi Wijaya, menyampaikan bahwa ogoh-ogoh bertema “Ajum” menggambarkan sosok bhuta sombong yang kehilangan arah hingga berani menodai kesucian.

“Tokohnya digambarkan sedang menginjak padmasana sebagai simbol bahwa kesombongan bisa membuat seseorang lupa daratan, bahkan seolah-olah berani melawan Tuhan. Tema ini kami pilih sebagai pengingat agar tidak terjerumus pada sifat adigang adigung adiguna,” ujar Dimas.

Pengerjaan ogoh-ogoh telah dimulai sejak Januari dan melibatkan seluruh anggota STDP. Tahun ini, mereka menargetkan menyelesaikan karya dengan anggaran total antara Rp12 juta hingga Rp15 juta.

“Kami tetap menyesuaikan dengan kemampuan banjar. Meskipun banyak ogoh-ogoh lain dengan anggaran di atas Rp50 juta, kami tidak ingin memaksakan diri,” jelasnya.

Dimas juga menanggapi maraknya penggunaan sound system dalam pengarakan ogoh-ogoh. Menurutnya, selama penggunaannya hanya sebagai alat bantu penceritaan dalam fragmen tari atau pembacaan narasi oleh dalang, hal tersebut masih wajar.

“Kalau dipakai untuk mendukung pentas atau narasi saat pementasan di lapangan, saya rasa sah-sah saja. Tapi kalau dipakai hanya untuk memekakkan suara saat pengarakan, itu kurang etis. Ogoh-ogoh sudah identik dengan gamelan baleganjur, dan itu harus dijaga,” tegasnya.

Ia juga menyayangkan terjadinya sejumlah insiden vandalisme seperti pencurian, pengerusakan, dan pembakaran ogoh-ogoh di beberapa wilayah Bali menjelang pengerupukan. Menurutnya, kasus-kasus tersebut bisa merusak semangat pelestarian tradisi dan perlu disikapi serius.

“Kalau saya pribadi melihat itu mungkin ada oknum yang iri atau sengaja membuat kegaduhan. Kami harap prajuru adat bisa lebih tegas menangani hal seperti ini. Jangan sampai anak-anak muda yang sudah bersusah payah berkarya malah dibuat kecewa,” imbuh Dimas.

Menutup pernyataannya, ia berharap seluruh rangkaian menyambut Tahun Baru Caka 1947 di Kota Denpasar berjalan aman, damai, dan tetap menjunjung nilai budaya Bali.“Kami semua berharap tidak ada gesekan. Semoga malam pengerupukan tahun ini berjalan lancar, meriah, tapi tetap tertib dan sakral,” pungkasnya. *m03

Read Entire Article